Skip to main content

Ilmu Budaya Dasar


ILMU BUDAYA DASAR KELOMPOK 8
KONSEP KE 8
HARAPAN

Disusun Oleh :
1.      Dhandi Ibnu Pratama
NPM : 11118830
2.      Fabio Sigit Priambodo
NPM : 12118338
3.      Fyra Salsabilla Sumantri
NPM : 12118832
4.      Muhammad Ivan Hidayatullah
NPM : 14118726
5.      Salsabila Endang Safitri
NPM : 16118481

Kelas  1KA12
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
S1 – Sistem Informasi

UNIVERSITAS GUNADARMA
2019
A.       Pengertian Harapan

Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Allah Swt.

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.

Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat buruk pada diri sendiri.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal pikiran negatif atau berpikir pesimis.

B.       Unsur-Unsur Untuk Menggapai Harapan (Menurut Islam)
Islam berpendapat bahwa jika seseorang mempunyai suatu harapan maka seseorang tersebut harus melakukan 3 (tiga) hal untuk mewujudkan harapan tersebut, yakni :


1.         Ikhtiar (Usaha)
Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, jika usaha tersebut gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik.
2.         Doa
Disamping kita melakukan usaha-usaha untuk mewujudkan harapan tersebut, kita juga tidak boleh melupakan doa.  Menurut bahasa do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan.
Pada hakekatnya segala sesuatu di dunia ini merupakan bentuk dari kekuasan Allah SWT, jadi kita di dunia ini hanyalah seorang budak yang lemah, hina, dan  tak punya apa-apa, Oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari Allah SWT.
Ibnu Attoillah Assakandari, ulama ahli tassawuf mengatakan dalam kitabnya (Al Hikam) bahwa, “ Agar doa kita dapat dikabulkan oleh Allah SWT, maka doa tersebut memerlukan rukun, sayap, waktu, dan sebab. Apabila doa  cocok (sesuai) dengan sayapnya maka doa tersebut akan terbang ke langit (menuju Allah SWT), Apabila doa  cocok (sesuai) dengan waktunya maka doa tersebut akan diterima,  Apabila doa  cocok (sesuai) dengan sebabnya maka doa tersebut akan dikabulkan Allah SWT ”.
KH. Moh. Djamaluddin Ahmad (Pengasuh PP. Bahrul ulum, jombang) menjelaskan lebih lanjut mengenai pendapat Ibnu Attoillah Assakandari sebagai berikut:
Rukun doa itu ada empat yakni:
1.         خسع لله(khusyu’ kepada Allah),
Maksud dari khusyu’ yaitu apabila kita berdoa,  fikiran kita harus fokus kepada Allah SWT, jangan memikirkan selain Allah.
2.         الحياء من الله(malu kepada Allah),
Jika kita berdoa kepada Allah maka kita harus malu kepada Allah atas segala perbuatan yang telah kita lakukan, karena sejatinya manusia adalah mahluk yang lemah. Tatkala berdoa kita juga harus memposisikan diri hina, lemah, dan tak berdaya di mata Allah, karena hal itu merupakan tata karma dalam berdoa.
3.         رجع كرام الله( Mengharapkan kedermawanan Allah SWT)

Sementara menurut Ibnu Attoillah sayap dari doa sendiri itu ada dua yakni:
1.         الصدق  (jujur menghadap Allah SWT),
jujur disini mempunyai arti bersungguh-sungguh , maksudnya yaitu ketika berdoa kita harus bersungguh-sungguh dalam meminta bantuan, Tidak hanya sekedar main-main dalam berdoa.
2.         أكل الحلال  (memakan makanan yang halal),
Sejatinya makanan seseorang itu juga mempengaruhi kualitas doa seseorang kepada Allah SWT. Jika seseorang itu selalu mengkonsumsi barang haram atau dari hasil haram, maka doa orang tersebut tergolong kualitas buruk. Doa orang yang demikian sulit untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Begitu juga sebaliknya, orang yang selalu mengkonsumsi barang halal maka doanya mudah untuk diterima Allah SWT.

Sementara “ sebab “ agar suatu doa dapat diterima Allah yaitu dengan cara diawali dengan membaca shalawat pada Nabi Muhammad SAW, dan diakhiri dengan shalawat pula.

3.         Tawakkal
Setelah kita melakukan ikhtiar (usaha) untuk mewujudkan suatu harapan, dan meminta  pada Allah agar Allah merealisasikan harapan tersebut. Maka kita hanya tinggal melakukan satu hal yakni tawakkal pada Allah. Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT, karena Allah SWT mempunyai hak mutlaq untuk mewujudkan atau meniadakan suatu hal di dunia ini.
Jika kita sudah melakukan ketiga hal tersebut maka kita tinggal menunggu keputusan Allah SWT, apakah Allah berkehendak mewujudkan harapan kita, ataukah justru meniadakan harapan kita.
C.       Manusia dan Harapan
Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi atau terwujud.
Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan terjadi.
Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir luas, harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir sempit maka harapannya juga akan sempit.
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Harapan apa yang baik
  2. Bagaimana cara mencapai harapan itu
  3. Bagaimana bila harapan tidak tercapai
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan terwujud.
D.       Penyebab Manusia Memiliki Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu : dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
  1. Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis, bergembira, berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan dan harapan.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan.
  1. Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan rumah. Sedangkan kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan, hiburan dan ketenangan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia, yaitu :
  1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
  2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
  3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love)
  4. Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
  5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
E.       Harapan dan Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap sebagai wahyu dari Allah Swt. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Harapan dan kepercayaan saling melengkapi. Karena dalam memenuhi atau mewujudkan harapan, manusia harus berusaha dan berdo’a. Dengan berusaha dan berdo’a sungguh-sungguh  kepada Allah Swt serta mempercayai adanya Allah Swt, harapan akan terwujud dan terpenuhi.
Macam-macam Kepercayaan
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1)    Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2)    Kepercayaan kepada orang lain.
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
3)    Kepercayaan kepada pemerintah.
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti orang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, Negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter, satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator). Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
4)    Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya.
Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
F.         Persamaan Harapan dan Cita-cita
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Cita-cita merupakan Impian yang disertai dengan tindakan dan juga di berikan batas waktu. Jadi kalau kita bermimpi untuk menjadi enterpreneur yang sukses, ya… harus di sertai tindakan jangan cuma berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan target waktu sehingga kita punya timeline kapan hal tersebut kita inginkan terealiasasi.
Dari kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun buku untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter. Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn/spmb kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi hidup seperti laskar pelangi.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
G.      Contoh harapan dalam kehidupan sehari-hari :
1.   Bagi seorang anak kecil pun dapat mempunyai harapan dalam dirinya, misalkan saja seorang anak mempunyai harapan untuk mendapatkan hadiah dari orang tuanya serta orang disekitarnya pada saat dia ulang tahun. Untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya dia dapat melakukan meminta langsung terhadap orang tuanya.
2.   Bagi seorang remaja mengharapkan orang yang dicintainya dapat menerima cintanya dan menjalin suatu hubungan. Dari hal yang diharapkan tersebut dia dapat melakukan hal-hal yang dibilang tidak masuk akal pun dilakukan hanya untuk mendapatkan perhatian dan cinta dari pasangannya itu.
3.   Bagi seorang pelajar, misalkan dia menginginkan mendapatkan nilai bagus dan dapat lulus dengan nilai yang baik, maka dia dapat melakukan beberapa hal untuk mendapatkan nilai terbaik itu, contohnya saja dengan cara belajar dengan baik, giat dan serius. Meminimalisir kegiatan bermain.
4.   Bagi seorang dewasa, misalkan saja seseorang yang berharap naik pangkat dari pekerjaanya. Dia akan berusaha menjadi lebih baik lagi terhadap pekerjaanya dan berperilaku baik dalam kesehariannya agar dapat mencapai yang telah diharapkannya.
5.   Dari seseorang yang telah berusia lanjut, mereka juga punya harapan terakhir. Misalkan terhadap yang sudah ingin meninggal biasanya memberikan suatu pengharapan lewat surat wasiat yang diberikan kepada keluarganya berupa pesan dalam hal harta atau apapun.
H.       Masalah yang Timbul Pada Suatu Harapan
Menurut CNN Indonesia - Dalam sebuah penelitian terungkap bahwa terlalu berharap akan cenderung menggiring seseorang dalam kekecewaan kronik yang mendalam. Penelitian tersebut dilakukan oleh Case Western Reserve University dan dirilis dalam jurnal Psychological Bulletin edisi Agustus 2016. 
Peneliti menyebut bahwa banyak berharap membawa seseorang ke 'lingkaran kesulitan abadi'. "Pada taraf ekstrim, pengharapan adalah sifat narsis yang beracun, terjadi berulang kali pada seseorang membawa risiko pada frustrasi, ketidakbahagiaan dan kekecewaan pada hidup," kata peneliti dari Case Western Reserve University, Joshua Grubbs, seperti dilansir dari Health.

Grubbs menambahkan, seringkali, hidup, kesehatan, penuaan dan dunia sosial tidak memperlakukan orang sesuai dengan keinginannya.  "Melawan keterbatasan ini sangat membahayakan terutama bagi mereka yang sering berharap karena akan mencederai pandangan diri mereka sendiri terhadap dunia," ujar Grubbs yang juga menjabat professor psikologi Bowling Green State University.

Para ilmuwan meneliti 170 makalah akademis dan menemukan bahwa orang dengan rasa berharap yang tinggi akan menjadi korban harapan itu sendiri dalam tiga tahapan.

Pertama, mereka tidak selalu mendapatkan semua yang mereka kira layak didapat. Kondisi ini menyebabkan mereka selalu menjadi pihak yang rentan mengalami kegagalan, tak mendapat sesuai harapan.

Harapan yang tidak terwujud itu kemudian akan dianggap sebagai sebuah ketidakadilan dalam hidup mereka dan memunculkan emosi labil seperti marah dan kesedihan.

Terakhir, sebagai pembenaran akan emosi labil itu, orang dengan banyak berharap akan meyakinkan diri mereka sendiri akan keunggulan yang mereka punya dibanding orang lain.  Tindakan ini akan membuat orang banyak berharap merasa lebih baik, namun hanya sementara. Yang terjadi selanjutnya adalah kembali pada siklus kekecewaan.

Menurut salah satu penulis penelitian ini yang juga seorang profesor psikologi Case Western Reserve University, Julie Exline, seiring dengan kekecewaan tersebut muncul dampak pada hubungan sosial yang buruk, konflik antar personal dan depresi.

"Sangat banyak pengharapan berkaitan dengan kompetisi, seperti menjadi lebih baik atau lebih layak dibandingkan orang lain," katanya kepada Health. "Ini sangat menjauhkan diri sendiri terhadap lingkungan dan sangat terisolasi."
Exline mengakui bahwa tidak mudah bagi mereka yang memiliki sifat narsis ini untuk melihat diri mereka sendiri atau mengubah pola pikir mereka. Namun dia percaya bahwa ada cara tertentu yang dapat dilakukan untuk orang yang penuh harapan ini.

"Kondisikan diri sendiri untuk berpikir orang lain dan apa yang mereka layak dapatkan. Dan juga bersedia mengakui kesalahan dan melihat kelemahan diri sendiri. Ini dapat menolong Anda merasa lebih terhubung dengan orang lain," kata Exline.

"Mampu mengakui bahwa orang lain juga spesial, seperti dirinya sendiri, akan menolong seseorang mengubah pola pikir jadi salah satu bentuk bersyukur, alih-alih berharap lebih," katanya.

I.          Solusi
1.      Jadilah diri sendiri dan percaya diri. Tak perlu setiap kata orang lain kamu ikuti. Tak perlu pula berharap mereka mengikuti kita.
2.      Semua orang akan punya masa di mana hidup mereka berada dalam titik terendah. Berharap mereka akan baik-baik saja akan percuma. Memberi dukungan dan semangat akan jauh lebih berguna.
3.      Kedewasaan, bertambahnya usia, dan cara pandang seseorang akan selalu berubah. Kadang mereka juga tak menyadari jika telah berubah, maka jangan berharap mereka bisa tetap sama.
4.      Jika kita telah menghargai diri sendiri, maka orang lain akan menghargai kita. Tak perlu lagi berharap-harap cemas apa mereka bisa menerima kita apa adanya.
5.      Membaca pikiran adalah hal yang sulit. Tak semua orang dilahirkan dengan bakat untuk melakukannya, maka jangan berharap orang lain bisa membaca pikiran kita.
6.      Menyukai seseorang tak bisa direncanakan, tak bisa dipaksakan. Daripada berharap seseorang akan menyukai kita, lebih baik bersikap positif dan mereka akan suka kita dengan sendirinya.



DAFTAR PUSTAKA
¾    Widyo Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas  Gunadarma
¾    Suyadi M.P. Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud U.T.  1984-1985.
¾    Ahmad, KH. Djamaluddin. 2010. Dzurratun nafissah. Jombang: Al   Muhibbin
¾    Adyyana, sunanda. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Surakarta : Universitas Muammadiyyah surakarta                            

Comments

Popular posts from this blog

200 Kabupaten Belum Terjangkau Jaringan 4G

BANDUNG, (PR).- Hingga saat ini sekitar 200 kabupaten di Indonesia belum terjangkau jaringan 4G. Bahkan, sejumlah titik di Indonesia masih belum mendapatkan akses jaringan internet. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menargetkan, jaringan 4G akan tersedia di seluruh kota atau kabupaten Indonesia pada 2019. Saat ini baru 300 kota/kabupaten yang sudah bisa mengakses 4G. "Pembangunan proyek Palapa Ring yang menjadi tulang punggung serat optik nasional harus sudah rampung pada akhir 2018. Dengan demikian, pada 2019 jaringan 4G harus sudah sampai setidaknya di kota/kabupaten," tuturnya.  Infrastruktur internet berkecepatan tinggi tersebut, menurut Rudiantara sangat penting untuk menunjang pemerataan akses ekonomi digital di Indonesia. Apalagi, pada 2020 Indonesia menargetkan untuk menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN. "Untuk daerah yang belum terakses internet berkecepatan tinggi, pemerintah juga akan meluncurkan satelit pada 2021. D

Manajemen Layanan Sistem Informasi

              RINGKASAN TENTANG SERCVICE LIFECYCLE   Service lifecycle adalah salah satu bentuk model organisasi yang mempunyai pembahasan sebagai berikut :     a.     Manajemen layanan yang terstrukur       b.     Adanya keterkaitan antar komponen       c.     Perubahan yang terjadi pada satu komponen dapat berdampak pada komponen lainnya dan bahkan dapat berdampak pada seluruh sistem lifecycle. ITIL atau Information Technology Infrastructure Library, berfokus pada siklus hidup layanan yang terdiri dari 5 tahap. Dimana fase atau tahapan dari sikulus hidup layanan ini memiliki hubungan yang paling kuat. Kelima tahapan tersebut adalah sebagai berikut :   a.     Service strategy   Merupakan sumbu dari lifecycle yang mendorong semua tahapan lainnnya. pada tahapan initerdapat perencanaan dalam upaya membangun ITSM dan penyelarasan layanan dan strategi bisnis seperti pembuatan kebijakan dan juga penetapan tujuan. b.     Service design   Merupakan tahap merancang dan meng

Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Definisi masyarakat, dalam bahasa inggris disebut  Society, asal katanya Socius yang berarti “kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya “bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk akhiran  hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur – unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. 1.       Masyarakat Pedesaan (masyarakat tradisional) a.       Pengertian desa/pedesaan Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut Paul H. Landis :Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 ji